Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan untuk ‘menanggap’ seorang rekan dari luar negeri yang kebetulan sedang bikin workshop di Indonesia. Namanya adalah Ramya Balakhrisnan (https://www.linkedin.com/in/ramyabala/) Dia adalah seorang expert yang memang menggali mengenai implementasi the Future of Work di beberapa perusahaan multinatinational di region Asia Pasific dan baru saja mendapatkan pengakuan sebagai 100 Most Inspirational Linkedin Icons in Malaysia. Karena ketertarikan dan hubungan yang cukup baik, maka teman saya itu bersedia berbagi mengenai expertise yang dia miliki tentang fenomena terbaru di dunia kerja yang sekarang sedang terjadi.
Pada dasarnya, menurut Ramya, yang sedang terjadi di dunia kerja saat ini didorong atas 3 hal utama :
1. Perubahan di jenis pekerjaan (the work) – dengan masuknya teknologi yang semakin canggih seperti AI (Artificial Intelligence), Big Data, Internet of Things, Logistic optimization, sehingga efisiensi dan jenis pekerjaan yang sifatnya massive dan berulang akan hilang. Digantikan oleh jenis pekerjaan yang sifatnya lebih customize dan jenis keterampilan manusia pun menjadi lebih spesifik (atau baca yang akan dibutuhkan nanti adalah skilled workers).
Dampaknya konkritnya bagi kita ? Bahwa dengan segala sesuatu berjalan lebih cepat, pengetahuan yang kita miliki 4 tahun yang lalu mungkin sudah tidak relevan lagi saat ini. Oleh karena itu, budaya self learning & learn, unlearn, re-learn merupakan mindset yang harus dimiliki oleh setiap orang yang mau terus mempertahankan pekerjaannya. Pekerjaan akan tetap ada, tapi skill yang dibutuhkan akan berubah. Oleh karena itu, terus upgrade diri anda dengan skill baru dan terus belajar dari sumber apapun disekitar anda. Jangan menunggu diikutsertakan dalam kelas tertentu karena kata kuncinya adalah ‘self learning’ yang didasari oleh budaya proaktif.
2. Perubahan di tempat pekerjaaan (workplace) – sekarang adalah era kolaborasi dan efisiensi. Apalagi dengan fleksibilitas jam kerja sehingga banyak perusahaan sekarang berusaha untuk mengecilkan tempat kerjanya.
Dampaknya ? semakin banyak co-working space yang berjamur dan harga properti untuk sewa kantor semakin jatuh. Banyak kantor mulai menyadari mahalnya sewa lahan padahal tingkat utilisasi karyawan yang hadir tidak selalu 100% tiap harinya.
3. Perubahaan di pekerjanya sendiri (workers) – adalah hal yang akan paling signifikan karena ini berdampak terhadap kita semua.
Semua aspek pengelolaan sumber daya manusia pada dasarnya akan terpengaruh. It’s a candidate driven market out there. Dengan masa kerja yang relatively semakin pendek, karyawan (yang bagus) akan berpikir untuk pindah setiap 3-5 tahun sekali jika perusahaan tidak melakukan berbagai cara untuk mengembangkan karyawannya. Tidak akan sulit untuk pekerja mencari pekerjaan jika memang ybs merasa bahwa mereka memiliki skill yang dicari oleh banyak perusahaan. Oleh karena itu, konsep kesetiaan terhadap perusahaan juga akan bergeser. Karena itu mulai banyak perusahaan sekarang menerapkan konsep Purpose sebagai bagian dari cara untuk memastikan bahwa kesetiaan karyawan itu lebih dari sekedar transactional saja.
Dari awal cara merekrut karyawan. Dengan teknologi gamification dan AI yang akan membantu masuknya ribuan pelamar dan mencari siapa yang paling cocok berdasarkan neuroscience. Dan memastikan di setiap tahap candidate experience bisa dimaksimalkan.
Learning akan dirasakan lebih menjadi motor utama yang menggerakkan perusahaan. Namun, jenis learning yang diperlukan adalah berubah. Bukan lagi membawa karyawan masuk ke dalam kelas dan menjejali mereka dengan ilmu yang belum tentu relevan dengan kebutuhan mereka, tapi bagaimana cara membekali karyawan dengan ilmu yang dibutuhkan saat mereka membutuhkan, dengan cara semudah apapun dan bisa diakses dari manapun. Taking the learning to the learners and in bite-sizes (nano learning)
Demikian juga dengan system performance management, bonus and reward system akan berubah. Dan perubahan yang akan menjadi significant adalah dengan semakin perusahaan tidak menginginkan fix cost namun membutuhkan skills tertentu dalam waktu tertentu, maka akan semakin banyak jenis pekerjaan yang akan dikerjaan oleh freelancers.
Tren pekerja freelancers adalah salah satu tren yang semakin menjamur di Amerika Serikat saat ini. Di thn 2018 saja, jumlah pendapatan yang dihasilkan oleh freelancers naik signifikan sebesar 43%. Bagaimana dengan Indonesia? Datanya sendiri masih sangat terbatas, namun salah satu survey yang diluncurkan oleh sribulancer menyatakan bahwa jenis pekerjaan ini sebenarnya banyak diminati oleh orang Indonesia (lihat link dibawah).
Selain dirasakan sebagai sumber penghasilan tambahan, sekarang juga semakin banyak anak muda yang menjadikan freelancer sebagai jenis pekerjaan utama mereka karena sifatnya yang tidak mengikat ke perusahaan tertentu dan kontrol waktu sepenuhnya ada di tangan mereka. Apalagi trend pekerjaan ini sebenarnya tidak mengikat secara geografis, saya mengenal beberapa freelancers yang justru sumber pemasukan utama mereka dalam dolar dan banyak mendapat gig (bahasa keren dari proyek freelance) dari site-site freelancing luar negeri ternama seperti : Upworks, Catalan, Fiverr. Justru ini adalah waktu pekerja lokal kita bisa bersaing secara kompetitif menangguk dolar. Bahkan ada beberapa freelancer yang dimulai dari freelancing dengan perusahaan luar negeri, sampai dibayarin pergi dan bekerja di kantor perusahaan tersebut di UK selama 2 minggu untuk on-site project. Kunci utamanya tentu saja adalah bisa berkomunikasi bahasa inggris, memiliki reputasi professional (selalu tepat waktu deadline submission, etc) dan yang utama BERANI! cobain aja dulu. Salah dikit-dikit gapapa nanti abis itu belajar lagi. Seringkali keberanian ini yang menjadi faktor penghambat, padahal dicoba aja belum. Sedikit tips, think about 'what's the worse that can happen' saat kita merasa takut akan melakukan satu percobaan tertentu.
Saat ini, trend pekerja freelancing di Indonesia masih sangat terbatas. Kendala yang utama tentunya adalah jenis pekerjaan yang dikategorikan bisa untuk menjadi freelance saat ini hanya seputar pekerjaan design, research yang merupakan banyak project base.
Namun, mulai ada beberapa perusahaan yang melihat potensi dari para freelancers ini. Karena semakin banyak orang tidak mau terikat dengan pekerjaan kantoran dan akhirnya memutuskan berhenti bekerja karena satu dan lain hal. Padahal mereka memiliki skill yang sekiranya langka dan banyak dibutuhkan oleh perusahaan jaman sekarang (contohnya saja : big data, content creators, social media marketing, analytics) dan perusahaan-perusahaan ini mulai melakukan eksperimen dengan mencoba membagi project dengan cara agar memungkinkan bahwa sebagian pekerjaan bisa diambil oleh freelancers. Oleh karena itu, apakah anda adalah salah satu yang berminat untuk menjadi bagian dari Gig Economy di masa depan? Mungkin bukan hal yang buruk untuk memulai mengganti title anda menjadi ‘Freelancer’ dari sekarang.
Published on May 6, 2019 https://www.linkedin.com/pulse/perkenalkan-saya-adalah-freelancer-irma-erinda/
Comments