top of page

BLAME IT ON ENGLISH

Updated: Nov 25, 2021


Beberapa hari yang lalu, kebetulan ada acara di salah satu kampus ternama di negeri kita tercinta ini, dan seperti biasa, saya menyempatkan diri untuk sekedar ngobrol dengan beberapa mahasiswa terbaik supaya tetap update trend kekinian’ mahasiswa jaman sekarang.


As expected, mereka menyebut bahwa entrepreneurship lagi marak. Alasannya bisa berbagai macam, ada yang bilang karena sejak minggu pertama masuk kuliah sudah di-doktrin harus jadi entrepreneur, sampai alasan idealis bahwa kalo jadi entrepreneurs bisa membuka lapangan kerja, atau plain and simple – ikut-ikutan aja karena semua temannya jadi entrepreneur.


Tapi ngobrol ngalor ngidul, keluar satu pernyataan yang cukup menggelitik buat saya. ‘Iya mba, kita kalau ngeliat orang kerja di Unilever,Nestle atau perusahaan multinational itu kesannya wow banget’. Jadi ingat pas sesi saya di panggung tadi, pas saya ngomong bahwa saya ‘kebetulan’ punya kesempatan untuk kuliah di luar negeri – reaksi pertama mereka juga langsung bergumam ‘whoaaaaa’ yang panjang. Lho, memangnya ada apa dengan kuliah di LN? Ada apa dengan kerja di perusahaan multinational?


Dan as always, mereka bilang soalnya masuk perusahaan tersebut kesannya jauh, susah, dan sebagainya. Sehingga jalur yang dipilih seringkali masuk ke perbankan nasional atau jadi entrepreneurs. Ah, masa sih masuk multinational/MNC itu kesannya susah? Kenapa? Gali punya gali, akhirnya keluarlah satu pernyataan. ‘Iya mbak, soalnya kita tidak biasa menggunakan Bahasa Inggris di percakapan sehari-hari. Sedangkan di perusahaan multinational kan harus fasih Bahasa Inggrisnya. Bahkan di organisasi saya menggunakan Inggris sebagai Bahasa pengantar seringkali dibilang eksklusif dan orang enggan untuk bergabung.


Mendengar reaksi ini, jadi tergelitik dan saya bertanya-tanya dalam hati, “Apakah semangat untuk menjadi entrepreneurs ini timbul karena murni dorongan panggilan hati dan kemampuan/nyali untuk menjadi entrepreneurs (yang notabene ga mudah lho) ? atau sebenarnya ini hanyalah salah satu alasan karena menjadi entrepreneurs dirasakan sebagai safe haven karena tidak harus berurusan dengan segala hal yang berhubungan dengan ‘Bahasa Inggris’? Pure and simple pilihan yang tactical karena dengan menjadi entrepreneurs then we can avoid what we’re not comfortable of (meski ini juga tidak sepenuhnya benar)”


I personally don’t believe everyone calling is to become entrepreneurs. Some people are born to be corporate employees, some people have the calling to be entrepreneurs, and some maybe even meant to be housewives and dedicate full time to be with their kids. But all and all, whatever you choose, whatever you do – do it because it’s your true calling – and not as a means to escape from something that you’re just too afraid to face. Especially if the thing that you’re afraid of the most is just a plain language that can be learned .. as long as you want to!


70 views0 comments

Recent Posts

See All

Comentarios


Post: Blog2_Post
bottom of page