(Resonation - Gala Dinner)
Memori saya terulang saat pertama kali diajak untuk ikut jadi facilitator Resonation oleh my ex roommate, Jane Nawilis. Saat Jane bilang bahwa Resonation adalah sebuah women conference yang tujuannya merupakan inisiasi dari platform komunitas perempuan Indonesia untuk saling mendukung, saya tanpa pikir panjang menjawab IYA! it's about time that women support each other and I'm all up to support it. Apalagi tema yang diusung begitu menarik yaitu 'Whats Stopping You?'
Tema yang diusung Resonation membuat saya merefleksikan perjalanan hidup saya selama ini. Sebagai seorang perempuan Indonesia yang hidup dengan dikelilingi begitu banyak stigma di masyarakat, seringkali saya merasa bahwa ketakutan terbesar saya sebenarnya seringkali adalah mindset saya sendiri. Secara tidak sadar, otak saya telah membuat kerangka pengkotak-kotakan mana yang boleh/tidak boleh, wajar/tidak wajar dan bahwa hidup sebagai seorang perempuan harus mematuhi rambu-rambu tertentu seperti yang diharapkan masyarakat sekitar kita. Bahwa adalah tabu judulnya untuk mencoba meregang batas yang sejak dari dahulu sudah digariskan oleh masyarakat.
Saya menjadi lebih tertarik dengan kata 'Whats Stopping You?' dan saya melempar diskusi dengan topik tersebut di forum komunitas di Unilever Indonesia saat kami merayakan Hari Kartini 2017 di kantor kemarin. Diskusinya pun berlangsung hangat diantara sekitar 40an perempuan dan laki-laki. Ternyata fenomena limiting mindset ini keluar lagi dengan konteks yang berbeda-beda. Dari masalah diskusi apa benar perempuan harus selalu menjadi pihak yang selalu pasif jika ingin didekati lelaki, sampai ke masalah perlu tidaknya career break saat ingin punya anak, atau saat anak sudah lahir kenapa seringkali kita merasa bahwa kita memiliki rasa beban yang lebih besar dari pasangan kita dalam membesarkan anak. Bisa disimpulkan bahwa akar permasalahan dari semua problema diatas adalah bagaimana kita sebagai perempuan menempatkan diri kita dengan membatasi self belief mengenai apa yang boleh/tidak boleh, dan wajar/tidak wajar dilakukan berdasarkan stigma yang berlaku. Namun, apakah kita sendiri sebagai perempuan pernah mencoba untuk mengulur batas tersebut?
Pada akhirnya, untuk memiliki keberanian men-challenge batas yang ada, semua orang pastinya butuh support. Saya sendiri merasa bahwa support saya yang paling berarti berasal dari orang paling dekat saya sendiri yang selalu menantang semua yang sifatnya status quo dan selalu mempertanyakan kenapa saya lebih outside-in daripada inside-out. Tapi bagaimana jika kita tidak memiliki support system yang cukup? Karena itu kita perempuan harus saling mendukung.
It is already hard enough for us as individuals to go through existing stigmas but as a community of women who feel that we share the same worries, doubts that all of us have gone through. We can make all things possible.
Oleh karena semua pemikiran tersebut, komunitas Resonation yang digagas Nina Moran dan Vera Shiska ini buat saya menjadi sangat penting peranannya untuk semua perempuan Indonesia. Sebagai tonggak perjalanan dibentuknya komunitas yang berisi dari perempuan dari berbagai macam profesi yang bersatu dengan tujuan yang sama. Untuk berbagi cerita dan berkata bahwa kita tidak sendiri dalam menjalani perjalanan terjal mengalahkan mindset diri kita sendiri yang seringkali membatasi. Untuk berbagi tips, saran, dan jalan keluar dengan menyatukan perempuan yang memiliki ketertarikan yang sama. Untuk saling support, percaya, dan tersenyum satu sama lain.
Dan tibalah malam ini, sehari sebelum acara Resonation, sebagai fasilitator saya menghadiri gala dinner yang isinya bisa dibilang semua perempuan hebat di bidangnya. Sebagian besar dari nama perempuan-perempuan ini sangat tidak asing bagi saya, dari millenials muda keren yang sudah membuat website dengan belajar coding sejak dia usia 13 thn (Aulia Halimatussadiah), pemilik Brow Studio Anggie Rassly, Financial Consultant Ligwina Hananto, sampai ke Mba Novita Tandry yang mendirikan Tumble Tots sejak hampir 20thn yll atau Ibu Eileen Rachman pendiri Experd.
Saat pertama kali masuk ke gala dinner tersebut, sekali lagi saya dihinggapi oleh pemikiran saya sendiri yang membuat frame membatasi bahwa bagaimana rasanya berada di satu ruangan yang penuh dengan perempuan 'macan' di bidangnya masing-masing? apakah saya akan diterkam? dikucilkan dan tidak ada teman berbicara? namun saya ingat sekali lagi tagline dari acara ini yaitu 'Whats Stopping You?' dan sekali lagi saya senang untuk challenge dan re-frame pola pikir saya sendiri. Kita semua disini untuk tujuan yang sama, untuk membentuk satu komunitas wanita Indonesia yang mensupport satu sama lain. Dan oleh karena itu saya memulai berkenalan, memulai pembicaraan, bertukar cerita dan pengalaman dengan begitu banyak orang yang berbeda-beda dalam 2 jam.
Singkat cerita, dinner yang awalnya terasa senyap ternyata tidak terasa harus diakhiri dengan kegaduhan ala wanita. Begitu banyak canda tawa terdengar dan keakraban pun terjalin setelah tahu begitu banyak persamaan yang bisa ditelusuri. Masih terngiang sisa suasana riang, energi dan aura positif yang tersisa di penghujung malam ini. Disitu saya percaya bahwa kekhawatiran saya yang terbesar tidak akan terjadi, bahwa itu hanyalah bisikan negatif kecil yang padam dengan satu pengharapan yang lebih besar. Disitu saya merasa dengan merubah mindset kita mampu melakukan apa saja. Disitu saya percaya bahwa ini adalah suatu permulaan yang positif untuk kita semua wanita yang memiliki impian yang sama yaitu menjadikan Indonesia yang lebih baik.
Published on May 2, 2017 https://www.linkedin.com/pulse/ketika-sekelompok-wanita-hebat-nan-inspiring-bertemu-untuk-erinda/.
Comments